Tukang Becak Menafkahhi Keluarganya
Tema: Kehidupan
Pengarang: Gilang Riski Hendrayana
Berangkat sore hari, pulang tengah malam., bahkan berangkat pagi, pulang pagi?, itu semua sudah menjadi hal yang biasa bagi Suparjo, seorang Tukang Becak itu.
***
pagi itu seperti biasa seorang Bapak yang sudah menginjak usia tuanya mengayuh Becaknya menyusuri jalan raya yang masih sejuk dan dingin.
Bapak itu terus mengayuhkan Becaknya sampai di tempat biasanya para tukang becak berhenti dan menunggu penumpang... “”madrasah ya pak?” Seorang siswa Madrasah menaiki Becaknya sambil menyebutkan tempat tujuannya., dalam hati tukang becak bernama Suparjo itu tersenyum dan memanjatkan syukur kepada tuhan yang maha kuasa karena pagi yang cerah itu pintu RIZKI dibuka untuknya..
“Ya pak didepan pintu Gerbang gapura saja.”, setelah berhenti lalu siswa itu turun dan memberikan uang 20000an kepada Pak Suparjo. “trimakasih pak kembaliannya bawa saja pak untuk bapak.!”” ucap siswa itu..
Bapak itu kemudian bersyukur sujud kepada ALLAH yang maha esa. Setelah siswa itu berlalu kemudian tukang be pcak itu kembali mengayuh becaknya menuju tempat pangkalan becak didepan sebuah Alfamart atau di seberang pos kantor Polisi. Tak perduli matahari menyengat tubuhnya yang tua kurus itu, tukang becak itu dengan sabar menunggu penumpang diatas becaknya sambil sesekali tertidur karena lelah. Akan tetapi didepan anak-anaknya Bapak tua itu tidak pernah menunjukkan rasa letihnya.
Hanya istrinya yang tau. Sementara matahari semakin tinggi tetapi orang tua itu tidak menyerah. Siang itu sudah 4 kali tukang becak itu hilir mudik menghantarkan penumpangnya ke tempat tujuan. Akan tetapi memang RIZKI dan usaha terkadang tidak selalu berjalan dengan lancar. Seperti siang itu Bapak tua itu kembali diuji oleh ALLAH, setelah setengah hari berjuang memeras keringat, Bapak itu didatangi seorang penumpang wanita. Penumpang itu masih pelajar.
Dengan langkah yang gontai wanita itu menghampiri tukang becak itu, Wajahnya menggambarkan kesedihan. wanita itu bertanya: “pak saya boleh minta tolong nggak pak?” tukang becak itu menjawab: “”iya, kenapa nduk?” Apa yang bisa saya lakukan untuk menolongmu nduk?”” gadis itu bercerita bahwa dia tidak bisa pulang ke rumah, uang untuk naik angkot dan uang jajannya digunakannya untuk membayar iuran kelas dan juga dimintai oleh teman-temannya dengan paksa. selesai bercerita tukang Becak itu menganggukkan kepalanya berulang-ulang.
Dalam hati ikut bersedih. Bapak itu membayangkan jika yang mengalaminya adalah anak gadisnya sendiri yang masih duduk di bangku SMP itu bagaimana jadinya?.
Dengan lirih Bapak itu bertanya: dimana rumahmu nduk? “”di Gondang pak. Orang tua itu menganggukkan kepalanya. Jauh juga ya?”” gumamnya dalam hati. Tetapi kemudian Bapak itu merasa iba dan tidak tega. Kemudian katanya: “baiklah nak mari naik sini!?” Bapak akan mengantarmu?. ”” benarkah pak?” Oh terimakasih banyak pak.” Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh ALLAH SWT.”” Amin.” Sambil tmasih terisak gadis itu naik ke atas Becak. Selanjutnya becak itupun berjalan menyusuri jalan raya yang penuh hirup-pikuk kendaraan dan asap-asap yang berterbangan diudara terbawa angin.
Setelah beberapa lama, ahirnya becak itu sampai di tempat yang dituju dan gadis itupun turun sambil mengucapkan berribu-ribu terimakasih. Kemudian bapak itu dengan ikhlas memberikan separuh penghasilannya hari itu untuk gadis SMA itu.
Dia merasa kasihan karena dia sendiri juga mempunyai seorang anak gadis. Kemudian gadis itu menerimanya dengan berlinangan air mata. Setelah gadis itu masuk ke sebuah gang kecil Suparjo tukang becak itu kembali mengayuh becaknya ke tempat dia menaikkan gadis pelajar itu.
Sesampainya disana seorang temannya yang lain bertanya: “”dibayar berapa kamu Jo sama gadis itu?!” Parjo pun menjawab: “” tidak, aku tidak minta uang darinya. Aku malah memberinya uang. Kasihan dia kang, uangnya habis di sekolah dan nggak bisa pulang.” “””!!!whaaah! Kamu ini gimana to jo? Sudah setengah hari disengat panasnya matahari kamu hilir-mudik nganterin penumpang-penumpangmu, aku malah baru dapat 2 orang, sedangkan kamu? Sudah lumayan!
Tapi kenapa penghasilanmu itu kamu berikan kepada orang lain?!.”” Jawab temannya itu dengan emosi. Bapak Parjo itupun menjawab dengan tenang.: “Biarlah, aku ikhlas menolongnya. Nanti suatu saat ALLAH akan memberiku ganti yang lebih besar. Kasihan dia.” Jawabnya kemudian. dan ahirnya sore itu tukang becak itu pulang dengan penghasilan yang sedikit.
Sesampainya di rumah, orang tua itu menceritakannya kepada istrinya. “kemudian istrinya menarik nafas dan berkata: “baiklah pak tidak apa. Walaupun hidup kita susah, tapi jika kita masih bisa menolong orang lain yang sedang susah juga, kenapa tidak kita lakukan?.” “”maafkan aku istriku, trimakasih atas pengertianmu. Kata-katamu sungguhikhlas.” jawab Bapak itu dengan sedih.
Semakin hari cobaan hidup yang diberikan ALLAH untuk keluarga tukang becak itu semakin besar dan semakin sulit., hutang di mana-mana, tunjangan SPP anaknya belum terlunasi bahkan sudah menumpuk, tak henti-hentinya bapak itu memanjatkan doa kepada ALLAH, setiap malam bangun untuk salat tahajut dan memohon rizki, pada ALLAH SWT.
Fajar mulai menyingsing, bulan tenggelam di barat cakrawala, digantikan Fajar yang datang, Ayam jantan berkokok pertanda kehidupan hari itu akan segera berjalan., udara dingin menyapa penduduk Desa dengan ramah, embun pagi masih menempel di dedaunan. Sementara di dapur Istri Suparjo sibuk memasak air dan menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anaknya.. "pak..., pak.., bangun, sudah pagi.." dengan halus Istrinya membangunkan Suparjo dari tidurnya dan menyadarkannya dari mimpi dan alam bawah sadarnya...
Dengan terkantuk-kantuk Suparjo bangun dan beranjak dari tempat tidur kemudian membasuh mukanya dan berwudzu untuk menunaikan salat subuh.
Setelah selesai sarapan pagi Suparjo bersiap untuk bekerja kembali sebagai tukang Becak.
Akan tetapi tiba-tiba anak gadis Suparjo yang masih duduk di bangku SMP itu berlari dan memeluk kedua orang tuanya. Suparjo dan Istrinya terkejut dan bertanya: "ada apa nak?" lalu gadis itu berkata: "bapak - Ibu hari ini Putri ditunjuk mewakili sekolah untuk ikut lomba Cerdas Cermat, mohon restu dan doanya Bapak - Ibu, semoga Putri bisa mendapat juara untuk kupersembahkan pada Bapak dan Ibu." katanya sambil menangis bahagia. Ya? Memang anak Suparjo itu pandai dan rajin blajar.
Kemiskinan tidak membuatnya patah semangat, bahkan dia semakin giat blajar untuk meraih prestasi dan cita-citanya. "oh anakku berangkatlah nak? Bapak dan Ibumu merestuimu nak." "trimakasih Bapak, Ibu?." gadis itu berkata sambil mencium tangan kedua orang tuanya, Putri pun berangkat menuju sekolahnya dengan perasaan bahagia. Suparjo yang mendapat kekuatan dari anak semata wayangnya itu kemudian berpamitan pada Istrinya untuk berangkat kerja. Demikianlah, di hari yang cerah itu Suparjo dengan semangat mengayuh Becaknya untuk mencari penumpang. ..
Mentari pagi ikut tersenyum bahagia melihat kebahagiaan keluarga Suparjo. Seiring waktu terus berjalan dan pagi pun merayap perlahan menuju siang, matahari semakin tinggi, akan tetapi Suparjo belum juga mendapat seorang penumpang.
Hingga siang datang tempat pangkalan Becak itu yang biasanya ramai hari itu terlihat sepi. "kenapa tumben sepi hari ini? Sejak tadi aku disini belum ada seorangpun yang naik Becakku." gumamnya dalam hati.. Ahirnya hingga sore tiba dan Suparjo pulang kembali ke rumahnya dengan tangan hampa.. Suparjo terdiam sambil matanya memandang Istrinya. "ada apa pakne? Kenapa kamu memandangku seperti itu?" " apa yang Bapak fikirkan?"" tanya Istrinya dengan cemas. "bu'ne maafkan aku." Suparjo berkata dengan raut muka menyesal. "kenapa minta maaf pakne? Ada apa?" Suparjo menjawab dengan menunduk: "hari ini aku tidak mendapatkan apa-apa bu. Tidak ada seorang penumpangpun naik Becakku bu'ne."
dengan menarik nafas panjang Istrinya berucap: ""sudahlah pakne, mungkin ALLAH akan memberi kita kejutan yang lebih baik pakne. Jangan disesali pakne, rizki sudah ada yang mengatur, kita tinggal menjalaninya, jika memang itu sudah menjadi rejeki kita, pasti kita akan mendapatkannya." ucap Istrinya dengan ikhlas. "trimakasih bu'ne kau adalah Istri yang baik dan setia, kau selalu menghiburku bu'ne." ujar suaminya sambil memeluk Istrinya. "iya pakne sama-sama." ucap Istrinya.
Tak lama kemudian anaknya pulang dan menangis bahagia karena berhasil memperoleh juara dan membawa hadiah pulang untuk kedua orang tuanya: "trimakasih Bapak, Ibu, aku bahagia karena bisa menyenangkan Bapak dan Ibu.?!" ujarnya sambil memeluk kedua orang tuanya. Sore itu keluarga Suparjo menangis haru karena keberhasillan anak mereka. Hari itupun cerah kembali karena walaupun Suparjo tidak mendapat penghasilan akan tetapi hatinya bahagia karena prestasi yang telah diukir anak gadis semata wayangnya itu.
Malam harinya seperti biasa Suparjo menyempatkan bgun malam untuk melaksanakan salat tahajut dan berdoa kepada ALLAH SUBAHANAHU WATA'ALA. Dalam doanya Suparjo mengcuap sujud syukur kepada Allah subahanahu Wata'ala karena telah diberi nikmat dan kebahagiaan.
Demikianlah kondisi ekonomi rumah tangga Suparjo yang tidak menentu. Akan tetapi kebahagiaan dan ketenangan selalu mereka dapatkan karena mereka selalu bersyukur kepada ALLAH SWT.